Rabu, 13 Mei 2009

Industri Pakan Ternak di Indonesia

Industri pakan ternak di dalam negeri sangat berperan mendukung industri peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi daging dan produk turunannya bagi masyarakat sebagai tambahan sumber protein. Pakan memiliki kontribusi 70% dari total biaya produksi peternakan, sehingga tetap menjadi suatu bisnis yang cerah. 

Secara umum industri pakan ternak nasional cukup memiliki peluang yang baik. Dilihat dari tingkat produksi, industri pakan ternak mengalami pertumbuhan rata-rata 8,4% dalam periode lima tahun terakhir. Total produksi pakan ternak nasional merosot menjadi 7,7 juta ton pada 2007 dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 9,9 juta ton. Hal ini diakibat oleh maraknya kasus flu burung H51N pada 2007 lalu di sejumlah provinsi termasuk Jawa Barat, DKI, Banten, JawaTengah, Bali, Sumatera Utara, Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan. 

Saat itu masyarakat khawatir mengkonsumsi ayam dan produk turunannya, menyebabkan konsumsi ayam dan produk turunannya anjlok hingga 50%-60%. Sehingga menimbulkan kerugian pada industri peternakan, industri pakan ternak juga merasakan imbas dari kasus flu burung ini. Bencana tersebut mengakibatkan permintaan terhadap pakan ternak merosot hingga 30% pada 2007 lalu dibandingkan tahun sebelumnya. 

Menurut Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) industri pakan ternak nasional rata-rata mampu menyuplai 5 juta ton pakan ternak per tahun dari kebutuhan sekitar 7 juta ton per tahun. Industri pakan ternak juga terpengaruh oleh kasus flu burung tahun lalu, sebab dari total produksi pakan ternak sekitar 90% diserap oleh para peternak ayam petelur dan pedaging yang terkena imbas langsung dan merugi karena permintaan serta harga jual ayam merosot tajam..

Paska meredanya wabah flu burung pasar kembali pulih, konsumsi ayam dan produk turunannya kembali tinggi. Hal ini juga mendorong permintaan pakan ternak kembali melonjak. Konsumsi pakan ternak diperkirakan akan meningkat menjadi 8,13 juta ton pada 2008 dari sebelumnya 7,6 juta ton. 

Tingginya tingkat konsumsi menunjukkan bahwa industri pakan ternak masih memiliki peluang, sehingga sejumlah pemain berminat melakukan ekspansi. Malindo Feed Mill akan membangun pabrik baru di Tangerang berkapasitas 300.000 ton per tahun, serta Charoen Pokphand akan meningkatkan kapasitas.  


Hingga kini industri pakan ternak nasional masih didominasi pemain asing termasuk Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin, dan Sentra Profeed. Produsen besar tersebut masih menggantungkan kebutuhan bahan baku impor. 

Kebutuhan bahan baku masih tergantung impor, terutama jagung dari Amerika dan Brasil. Tingginya harga bahan baku impor, mengakibatkan harga pakan ternak dipasar domestik melambung. Pemerintah dalam jangka pendek akan mendorong pabrik pakan ternak yang selama ini masih menggunakan bahan baku impor sebagai campuran, untuk menggunakan bahan baku lokal guna menurunkan harga pakan ternak di dalam negeri. 
Produsen dan kapasitas produksinya

Menurut data dari GPMT di Indonesia terdapat 42 pabrik pakan ternak yang masih aktif hingga 2008. Sebelumnya terdapat 50 perusahaan, namun 8 diantaranya sudah menghentkan operasionalnya.  

Hingga kini industri pakan ternak nasional masih didominasi asing seperti Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin, dan Sentra Profeed. Produsen besar tersebut umumnya terintegrasi dengan industri peternakan dan pengolahan produk ternak.

Dalam periode lima tahun terakhir dari 2002-2006 kapasitas produksi industri pakan ternak nasional meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 2,5% per tahun. Kapasitasnya tercatat sebesar 10,0 juta ton per tahun pada 2003, kemudian meningkat hingga menjadi 11,0 juta ton pada 2007.  

Dari 2003 hingga 2007 kapasitas produksi stabil dan tak mengalami perkembangan berarti. Meskipun ada penambahan kapasitas dari sejumlah produsen besar seperti Charoen Pokphand, CJ Feed dan lainnya namun sebaliknya ada produsen lain yang terpaksa tutup karena terkena imbas flu burung pada 2005 dan 2007. Meningkatnya konsumsi daging oleh masyarakat, memicu meningkatnya produksi peternakan yang pada akhirnya permintaan terhadap pakan ternak juga meningkat. 

Sebaran industri pakan ternak

Saat ini sebaran industri pakan ternak berskala besar tersebar di Indonesia terdapat di delapan provinsi. Sumatera Utara memiliki 8 pabrik, Lampung ada 4 pabrik, Banten ada10 pabrik dan DKI Jakarta empat pabrik. Di Jawa Barat terdapat empat pabrik dan Sulawesi Selatan dua pabrik. Produsen pakan ternak paling banyak terdapat di Jawa Timur mencapai 15 pabrik. 

Wilayah Jawa Timur merupakan sentra industri pakan ternak dan peternakan terbesar di Indonesia. Lingkup agribisnis Jatim cukup kuat dengan dukungan tak kurang dari 15 pabrik besar pakan ternak, 52 industri rumahan pakan ternak, 4 pabrik pengolah susu, 201 pasar hewan, 99 TPA, 8 RPA, 1 RPH-A, 33 RPH-C dan 49 RPH-D. Di samping itu masih ada 11 perusahaan daging olahan, 50 KUD koperasi persusuan dan potensi yang sangat prospektif yaitu BBIB (Balai Besar Inseminasi Buatan) di Singosari.

Peternakan ayam di Jatim terdiri dari ayam potong dengan sentra produksi (Jombang, Malang, Gresik dan Mojokerto). Daerah yang berpotensi untuk pengembangan adalah Sidoarjo, Pasuruan, Lamongan, Nganjuk dan Kediri. Untuk jenis ayam buras/ayam kampung banyak dibudidayakan oleh peternak di daerah pedesaan. Sentra produksi ayam buras terdapat di Lamongan, Malang, Blitar, Probolinggo, Tulungagung dan Trenggalek. Sedangkan daerah yang berpotensi untuk pengembangannya adalah Jombang, Pasuruan, Nganjuk, Kediri, Pacitan dan Bangkalan. 

Untuk jenis ayam petelur dengan sentra produksi (Malang, Blitar, Kediri, Pasuruan dan Mojokerto). Sedangkan daerah yang berpotensi untuk pengembangannya adalah Jombang, Nganjuk, Tulungagung dan Jember. Keunggulan Jatim didukung oleh melimpahnya produksi jagung sebagai bahan baku industri pakan ternak. Salah satu sentra jagung adalah Kediri rata-rata luas panen adalah 22.354 ha pada 2005. Dengan produksi jagung per tahun rata-rata 3,3 juta kuintal. Sementara lahan potensial jagung di Kediri mencapai 54.650 ha/tahun.

Mini Feed Mill
Mengingat harga pakan ternak yang terus melambung akibat ketergantungan pada bahan baku impor yang terus melonjak, saat ini sekitar 70% bahan baku masih diimpor, baik pakan, obat, dan teknologi lainnya. Ini menyebabkan peternakan ayam masih tergolong industri yang rawan. Tidak mengakar pada pasokan bahan baku dalam negeri. Padahal, dalam budidaya unggas, misalnya, biaya pakan menempati porsi terbesar atau mencapai 70-80% dari total biaya

Tahun 2007 lalu, pemerintah telah mengembangkan pabrik pakan ternak skala kecil di 14 lokasi yaitu di Ciamis, Cirebon, Sukabumi, Subang, dan Bekasi (Jawa Barat), Magelang, dan Banjarnegara (Jawa Tengah), serta Blitar (Jawa Timur). Untuk luar pulau Jawa antara lain di Bangli dan Tabanan (Bali), Sawah Lunto (Sumatera Barat), Bengkulu Utara, Kapuas, dan Hulu Sungai Utara. 

Mulai tahun 2008 ini pemerintah kembali akan mengembangkan pabrik pakan ternak skala kecil (mini feedmill) yang tersebar di 38 lokasi yang termasuk sentra produksi bahan baku pakan seperti jagung dan kelapa sawit. 

Pabrik pakan mini tersebut memiliki kapasitas produksi sekitar 3-5 ton per hari, serta investasi sebesar Rp250 juta per unit. Keberadaannya cukup mendukung kecukupan pakan unggas lokal. Pengolahan pakan ternak ini nantinya akan dikelola oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan). Sedangkan, pemenuhan bahan baku diambil dari jagung petani yang belum terserap industri nasional. Hal itu terkait dengan lokasi perkebunan yang jauh dari industri pakan yang sebagian besar berada di Jawa.

Disamping itu, pemerintah juga akan mengembangkan pabrik pakan besar di Subang dan Bekasi untuk mencukupi kebutuhan pakan ayam ras dan petelur. 

Pemain utama 

Charoen Popkhand Indonesia Tbk 
Charoen Popkhand Indonesia Tbk (CPI) didirikan pada tahun 1972 dan bergerak dalam industri pakan ternak dan pengolahan daging ayam. Perusahaan merupakan PMA (Penanaman Modal Asing) dengan pemegang saham terdiri dari PT. Central Proteinaprima, Royal Bank of Canada (Asia) Ltd., UBS AG Singapura dan publik.

Saat ini CPI memiliki kapasitas produksi pakan ternak dari unit-unit pabriknya yang tersebar di Mojokerto, Jakarta dan Medan sebesar 2,6 juta ton per tahun. Pada 2006 CPI dan anak perusahaan CP Jaya Farm membeli 100% saham PT. Centralavian Pertiwi senilai Rp 30 miliar. Centralavian Pertiwi bergerak dalam bidang pembibitan DOC parent stock yang berlokasi di Subang, Bogor dan Lampung. Transaksi ini untuk memperkuat posisi CP di bidang agribisnis. 

Pada 2007 CPI Tbk membeli pabrik pakan ternak milik PT Central Proteina Prima di Semarang, Jawa Tengah dengan melakukan tukar guling. Pabrik pakan ikan dan udang milk CPI di Medan yang dihargai Rp 48 miliar sedangkan pabrik milik CP Prima di Semarang seluas 47ribu m2 senilai Rp 108,7 miliar. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 25.000 ton pakan udang dan 110.000 pakan ikan. Dengan demikian CP harus menombok sebanyak Rp 60miliar. 

Selain itu, CPI akan mendirikan pabrik pakan ternak di Lampung dan peternakan ayam skala kecil di Indonesia bagian timur. CP juga akan membangun pabrik pengolahan daging ayam di Salatiga, Bandung dan Medan berkapasitas 2 ribu ekor per jam. Untuk proyek ekspansi ini CP mendapat pinjaman dari Citibank sebesar Rp 310 miliar dan US$ 45 juta. Untuk tahap pertama Citibank Bank menyalurkan US$ 125 juta tahun 2007.

Sementara itu, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih 2007 ini sebesar Rp 8,3 triliun dan Rp 210 miliar atau naik 31% dari 2006. Sedangkan tahun 2008, CP menargetkan pertumbuhan sebesar 25% dari 2007.

Japfa Comfeed
Japfa Comfeed (JC) berdiri pada 1971 dan bergerak dalam bidang industri pakan ternak. Saat ini pemegang saham JC terdiri dari Pacific Focus Enterprises, Ltd. (28,94%), JP Morgan Chase Bank (9,65%), Coutts Bank Von Ernst, Ltd. (9,15%), Rangi Management Ltd. (8,57%), BNP Paribas Private Bank Singapore (6,63%) dan publik dengan kepemilikan masing-masing kurang dari lima persen sebanyak (37,06%).

JC adalah salah satu perusahaan agrobisnis terintegrasi di Indonesia, saat ini industri pakan ternak memiliki total kapasitas produksi 1,73 juta ton per tahun. Sementara itu, peternakan bibit ayam yang dikelola oleh anak perusahaan, PT Multibreeder Adirama Tbk, usaha aquakultur yang dikelola anak perusahaan, PT Suri Tani Pemuka. Lokasi pabrik pakan ternak dan peternakan tersebar di Lampung, Cirebon (Jawa Barat), Sidoarjo (Jawa Timur) dan Tangerang.

Pada 2007 Japfa membangun 2 unit pabrik pakan ternak dengan investasi Rp 50 miliar di Cikupa dan Padang. 

JC akan membangun industri pakan ternak berkapasitas 1.000 ton per tahun dengan investasi awal Rp 50 miliar. Pabrik baru tersebut dibangun di Padang, Sumatera Barat dan diharapkan akan mulai beroperasi pada 2008 ini.  

Selanjutnya JC akan mengembangkan industri breeding (pembibitan) ternak, terutama day one chick (DOC), untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Sumatera Barat dan sekitarnya. 

Baru-baru ini JC menyuntikkan dana kepada anak perusahaan, PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk senilai US$55 juta. Diantaranya sebesar US$ 38.21 juta akan digunakan untuk pelunasan pinjaman yang jatuh tempo pada 2011 dan US$ 16.78 juta untuk pembelian aset dan modal kerja. 

Sementara itu, pada 2007 total pendapatan Japfa mencapai Rp 7,9 triliun dan laba bersih sebesar Rp 180,9 .miliar. Diantaranya 80% merupakan kontribusi dari industri pakan ternak. 

Cheil Jedang Feed Indonesia 
CJ Feed Indonesia merupakan anak perusahaan Cheil Jedang dari Korea Selatan yang mulai berbisnis di Indonesia pada 1989. CJFI mengoperasikan 2 perusahaan pakan (feedmill) yaitu PT. CJ Superfeed yang berdiri pada 1996 dan PT. CJ Feed Jombang yang berdiri pada 2004. Pabrik pakan ternak ini masing-masing berlokasi di Serang, Banten dan Jombang, Jawa Timur dengan total kapasitas produksi 750.000 ton per tahun. 

Pakan ternak yang diproduksi CJ Feed terdiri dari pakan broiler, layer, breeder, babi, puyuh, konsentrat dan udang. untuk melayani permintaan pelanggan yang berada di wilayah Jawa Barat, Jabodetabek, Sumatera dan Kalimantan. Produk 
pakan ternak yang diproduksi CJS menggunakan merk Superfeed. 

Pada 1997 CJ Feed Indonesia mendirikan PT. Super Unggas Jaya yang bergerak dalam industri peternakan yang memproduksi DOC dengan kapasitas . 20 juta ekor per tahun. Peternakan ini berlokasi di Tutur, Jawa Timur. Produk DOC ini menggunakan merk Superchicks. SUJ melakukan ekspansi dengan membangun lagi 9 unit peternakan ayam di berbagai daerah termasuk Jawa Barat dan Kalimantan Timur. Sehingga kini total produksi DOCnya mencapai 54 juta ekor per tahun.  

CJ Feed Jombang membangun silo untuk menampung jagung sebagai bahan baku utama produksi pakan ternak yang mulai dioperasikan pada September 2007. Hal ini untuk menjamin ketersediaan bahan baku, tanpa tergantung pada musim panen jagung dan stok jagung di pasar. Sehingga proses produksinya ternak tidak terganggu meski ada peningkatan produksi.  

Pada 2008 CJ Feed menargetkan berada di peringkat ketiga perusahaan pakan terbesar di Indonesia dengan total produksi satu juta ton per tahun dari tiga pabriknya. 

Sierad Produce Tbk
Sierad Produce didirikan pada 1985 dengan nama PT Betara Darma Ekspor Impor, merupakan hasil penggabungan dari empat perusahaan pada tahun 2001, yaitu PT Anwar Sierad Tbk, PT Sierad Produce Tbk, PT Sierad Feedmill dan PT Sierad Grains.

Sierad Produce (SP) berdiri pada 1985 dan bergerak dalam bidang peternakan ayam bibit induk untuk menghasilkan ayam niaga, pemotongan ayam dan pengolahan ayam terpadu dengan cold storage. Selain itu SP juga bergerak dalam industri pakan ternak, industri pengeringan jagung dan industri obata-obatan dan vitamin hewan. Peternakan dan pabrik pengolahan tersebar di Tangerang, Bogor, Sukabumi, Lampung dan Sidoarjo. Saat ini SP merupakan salah satu produsen pakan ternak terbesar di Asia Tenggara.

Perusahaan yang berawal dari penjual telur eceran di pasar Jatinegara, Jakarta Timur. Kemudian berkembang membangun Rumah Potong Ayam yang terletak di jabaon, Jawa Barat ini merupakan yang terbesar di Indonesia, yang memiliki kapasitas produksi 8.000 ekor per jam. Produk olahan ayam yang dihasilkan dikemas dengan merk Delfarm, yang tersedia di berbagai supermarket besar di Indonesia. 

Sementara itu divisi pakan ternaknya yang brelokasi di Sidoarjo (Jawa Timur). Tangerang (Jawa Barat) memiliki total kapasitas produksi sekitar 540.000 ton per tahun. Produk utamanya berupa pakan unggas baik berupa pakan lengkap maupun concentrate. 

Pada 2007 SP mendapat pinjaman Rp 225 miliar dari BNI, sebesar Rp 200 miliar digunakan untuk peningkatan kapasitas produksi pakan ternak dan sisanya Rp 25 miliar untuk tambahan modal kerja untuk meningkatkan populasi ayam hasil produksi mitra bisnisnya. Pinjaman tersebut dijamin dengan aset-aset berupa tanah dan bangunan serta mesin pabrik pakan ternak yang terletak di Sidoarjo dan Tangerang. 

Tahun 2008 ini SP merencanakan akan membangun tiga pabrik baru di Magelang, Jawa Tengah yang akan selesai pada awal 2009. Dengan tambahan pabrik baru tersebut SP menargetkan peningkatan produksi ayam ternak sebesar 420 ribu per minggu menjadi 2.000.000 per minggu. Sementara ayam petelur diharapkan bisa mencapai 300 ribu per pekan.

Saat ini, pangsa pasar SP tercatar sebesar 7% untuk peternakan ayam berusia sehari (DOC) dan 7% untuk pasar pakan ternak. Sementara itu, pada 2007 SP behasil membukukan pendapatan sebesar Rp 1,2 triliun dan laba bersih Rp 27,5 miliar. 

Malindo Feedmill
Pada awalnya bernama PT. Gymtech Feedmill Indonesia yang berdiri sejak 1998, kemudian nama perusahaan berubah menjadi Malindo Feedmill. Malindo merupakan salah satu perusahaan milik keluarga Lau dari Malaysia yang memperoleh pengarahan teknis perternakan ayam dan pakan ternak dari perusahaan teratas di negara itu yaitu Leong Hup Holding Berhard dan Emivest Bhd. Leong Hup Holding memiliki pangsa pasar mencapai 30% untuk industri DOC di Malaysia. Sedangkan Emivest berpengalaman sebagai perusahaan pakan ternak selama 15 tahun.

Malindo bergerak di bidang produksi dan penjualan pakan ternak dengan kapasitas produksi 438 ribu ton per tahun. Malindo juga mengoperasikan pembibitan dan distribusi DOC ras pedaging dan petelur. Melalui anak perusahaannya, PT Bibit Indonesia mampu menguasai 6% pangsa pasar di Indonesia. Saat ini, kapasitas produksinya mencapai 100 juta DOC per tahun.  

Pada 2006 Malindo melakukan Initial Public Offering (IPO) dengan melepas 18% saham melalui Bursa Efek Jakarta. Dana hasil IPO sekitar 70% atau Rp 53,7 miliar digunakan untuk ekspansi usaha dengan membangun peternakan baru dan sisanya 30% untuk menambah modal kerja. Saat ini pemegang saham terdiri dari Dragon Amity Ltd (81,6%), Lai Hup Heng (0,4%) dan publik (18%).  
Malindo membangun peternakan berkapasitas 18 juta DOC per tahun di Pasuruan, Surabaya terdiri dari 2 area pembibitan dan satu area penetasan yang mulai berproduksi pada pertengahan 2007. 

Pada akhir 2007 MF telah menyiapkan dana sebesar US$ 26 juta untuk membangun pabrik pakan ternak berkasitas 360 ribu ton per tahun. Pabrik baru yang akan dibangun pada pertengahan 2008 ini berlokasi di Kawasan Industri Modern Cikande, Banten dengan investasi sekitar Rp 100 miliar.  

Lokasi pabrik terletak di Cikande, Banten dan berdekatan dengan pelabuhan Bojonegara yang sedang dalam tahap pembangunan. Dengan adanya pelabuhan baru ini, diharapkan aka nada efisiensi biaya dengan berkurangnya biaya transportasi dan pengiriman bahan baku dan pakan dari lokasi pabrik kepada pelanggan di sekitar Jawa Barat.

Disamping itu, Malindo juga akan mengakuisisi perusahaan terafiliasi yaitu PT Leong Ayamsatu Primedona (LAP), yang bergerak dalam bidang usaha pembibitan DOC dan peternakan ayam ras pedaging. Leong Ayamsatu memiliki kapasitas produksi 62 juta DOC dan 6 juta broiler per tahun peternakan di Medan dan Jakarta. Sementara itu, pendapatan MF pada 2007 tercatat sebesar Rp 982,8 miliar. 

Terintegrasi dengan dari hulu ke hilir

Untuk mensinergikan bisnisnya, semua prosusen besar pakan ternak terintegrasi dari hulu ke hilir mulai dari industri peternakan, pemotongan hewan pengolahan hasil ternak hingga industri obat-obatan dan vitamin ternak, peralatan peternakan dan sebagainya.  

Sierad Produce merupakan perusahaan peternakan terpadu (integrated poultry industry), dengan bidang usaha pembibitan ayam (breeding), pakan ternak (feedmill), peternakan komersial (commercial farm), kemitraan (contract farming), rumah potong ayam (slaughterhouse). 

Selain itu, melalui PT Sierad Industries memproduksi peralatan ternak (poultry equipment) dan PT. Biotek Industri memproduksi obat-obatan dan vitamin hewan, serta PT Dwipa Mina Nusantara yang memproduksi tepung ikan (fishmeal industry) dan Sierad Corporation (distributor dan perdagangan peralatan peternakan ayam, perdagangan bahan baku pakan ternak). Sierad Produced melalui anak perusahaan PT. Wendy Citarasa juga memiliki usaha restaurant siap saji sebagai pemegang ekslusif lisensi franchisee Wendy's & Hartz Chicken Buffet di Indonesia.

Charoen Popkhnad Group membagi dua bisnis utamanya yaitu agribisnis dan akuakultur. Agrobisnis yang fokus pada industri pakan ternak dan pembibitan DOC dilakukan melalui Charoen Popkhand Indonesia Tbk dan anak perusahaan, sedangkan industri akuakultur seperti tambak udang dijalankan oleh Central Proteinaprima Tbk dan anak perusahaan.

2 komentar:

  1. Untuk bahan oplosan pakan puyuh atau ayam petelur agar kulit telur keras dan maksimal, gunakan tepung kulit kerang silahkan hubunggi http://tepungkeranglaut.blogspot.com/ Atau silahkan hubungi https://www.facebook.com/tarma.spd?ref=hl untuk mendapatkan Tepung Kulit Kerang dengan harga super murah dan terjangkau

    BalasHapus
  2. Untuk bahan oplosan Pakan puyuh atau ayam petelur agar kulit telur keras dan maksimal, gunakan tepung kulit kerang silahkan hubunggi http://tepungkeranglaut.blogspot.com/ Atau silahkan hubungi https://www.facebook.com/tarma.spd?ref=hl untuk mendapatkan Tepung Kulit Kerang dengan harga super murah dan terjangkau

    BalasHapus